hedisasrawan.blogspot.com/2012/12/lahirnya-sosiologi-komunikasi-artikel.html
Lahirnya Sosiologi Komunikasi (Artikel Lengkap)
Asal mula kajian komunikasi dalam sosiologi bermula
dari akar tradisi pemikiran Karl Marx, di mana Marx sendiri adalah
masuk sebagai pendiri sosiologi yang beraliran Jerman sementara Claude
Henri Saint-Simon, August Comte, dan Emile Durkheim merupakan nama-nama
para ahli sosiologi yang beraliran Prancis.
Sementara itu gagasan awal
tentang Marx tidak pernah lepas dari pemikiran-pemikiran Hegel. Hegel
memiliki pengaruh yang kuat terhadap Marx, bahkan Karl Marx muda menjadi
seorang idealisme (bukan materialisme) justru dari pemikiran-pemikiran
radikal Hegel tentang idealisme, adapun kemudian Marx tua menjadi
seorang materialisme, hal itu adalah sebuah pengalaman pribadi manusia
dalam prosesnya dengan konteks sosial yang dialami oleh Marx sendiri.
Menurut Ritzer, pemikiran
Hegel yang paling utama dalam melahirkan pemikiran-pemikiran tradisional
konflik dan kritis adalah ajarannya tentang dialektika dan idealisme.
Dialektika adalah cara berpikir dan citra tentang dunia. Sebagai cara
berpikir, mila, konflik, dan kontradiksi, yaitu cara-cara berpikir yang
lebih dinamis. Di sisi lain, dialektika adalah pandangan tentang dunia
bukan tersusun dari struktur yang statis, tetapi terdiri dari proses
hubungan, dinamika konflik, dan kontradiksi. Pemahaman dialektika
tentang dunia semacam inilah (terutama melihat dunia sebagai bagian yang
berhubungan satu dengan lainnya) di kemudian hari melahirkan
gagasan-gagasan tentang kamunikasi seperti apa yang dikemukakan oleh
Jurgen Habermas dengan tindakan komunikasi (interaksi).
Hegel
juga dikaitkan dengan filsafat idealisme yang lebih mementingkan
pikiran dan produk mental daripada kehidupan material. Dalam bentuknya
yang ekstrem, idealisme menegaskan bahwa hanya konstruksi pikiran dan
psikologis lah yang ada, idealisme adalah sebuah proses yang kekal dalam
kehidupan manusia, bahkan ada yang berkeyakinan bahwa proses mental
tetap ada walaupun kehidupan sosial dan fisik sudah tidak ada lagi.
Idealisme merupakan produk berpikir yang menekankan tidak saja pada
proses mental namun juga gagasan-gagsan yang dihasilkan dari proses
mental itu.
Pemikiran-pemikiran Habermas
sendiri termasuk dalam kelompok kritis. Habermas sendiri menanamkan
gagasan-gagasan sebagai rekonstruksi materialisme historis. Habermas
bertolak dari pemikiran Marx, seperti potensi manusia, spesies makhluk,
aktivitas yang berperasaan. Ia mengatakan bahwa, Marx telah gagal
membedakan antara dua komponan analitik yang berbeda, yaitu kerja (atau
tenaga kerja, tindakan rasional-purposif) dan interaksi (atau aksi
komunikatif) sosial (atau simbolis). Di antara kerja dan interaksi sosial,
Marx hanya membahas kerja saja dengan mengabaikan interaksi sosial.
Jadi, kata Habermas, “ia hanya mengambil perbedaan antara kerja dan
interaksi sosial sebagai titik awalnya”. Di sepanjang tulisannya,
Habermas menjelaskan perbedaan ini, meski ia cenderung menggunakan
istilah tindakan (kerja) rasional-purposif dan tindakan komunikatif (interaksi). Dalam The Theory of Communication Action pun ia menyebut tindakan komunikatif ini sebagai bagian dari dasar-dasar ilmu sosial dan teori komunikasi.
Selama tahun 1970-an Habermas
memperbanyak studi-studinya mengenai ilmu-ilmu sosial dan mulai menata
ulang teori kritik sebagai teori komunikasi. Tahap kunci dari
perkembangan ini termuat dalam kumpulan studi yang ditulis bersama
Niklas Luhmann, yakni Theori der Gesellschaft der Sozialtechnologie (1971); Legitimations probleme des Historischen Materialismus (1976);
dan kumpulan esai dalam sekian buku lagi. Habermas sendiri saat ini
menjadi guru besar filsafat dan sosiologi yang hidup di Frankfurt.
Sumbangan pemikiran juga diberikan oleh John Dewey, yang sering disebut sebagai the first philosopher of communication itu
dikenal hingga kini dengan filsafat pragmatiknya, suatu keyakinan bahwa
sebuah ide itu benar jika ia berfungsi dalam praktik. Pragnatisme
menolak dualisme pikiran dan materi, subjek, dan objek. Jadi,
gagasan-gagasan seharusnya bermanfaat bagi masyarakat, pesan-pesan ide
harus terampaikan dan memberi kontribusi pada tingkat perilaku orang.
Pesan ide membentuk tindakan dan perilaku dilapangan.
Dengan
demikian, sejarah sosiologi komunikasi menempuh dua jalur. Bahwa kajian
dan sumbangan pemikiran Auguste Comte, Durkheim, Talcott Parson, dan
Robert K. Merton merupakan sumbangan paradigma fungsional bagi lahirnya
teori-teori komunikasi yang beraliran struktural-fungsional. Sedangkan
sumbangan-sumbangan pemikiran Karl Marx dan Habermas menyumbangkan
paradigma konflik bagi lahirnya teori-teori kritis dalam tujuan
komunikasi.
Sosiologi sejak semula telah
menaruh perhatian pada masalah-masalah yang ada hubungan dengan
interaksi sosial antara seseorang dan orang lainnya. Apa yang disebutkan
oleh Auguste Comte dengan “social dynamic”, “kesadaran
kolektif” oleh Durkheim, dan “interaksi sosial” oleh Marx serta
“tindakan komunikatif” dan “teori komunikasi” oleh Habermas adalah awal
mula lahirnya perspektif sosiologi komunikasi. Bahkan melihat kenyataan
semacam itu, maka sebenarnya gagasan-gagasan perspektif sosiologi
komunikasi telah ada bersamaan dengan lahirnya sosiologi itu sendiri
baik dalam perspektif struktural-fungsional maupun dalam perspektif
konflik.
Selain apa yang disumbangkan
Karl Marx dan Habermas mengenai teori kritis dalam komunikasi, sumbangan
dari perspektif strukturak-fungsional dalam sosiologi yang diajarkan
oleh Talcott Parson dengan teori sistem tindakan maupun dengan skema
AGIL, serta kajian Rebert K. Merton tentang struktur-fungsional,
struktur sosial dan anomie, merupakan sumbangan-sumbangan yang amat
penting terhadap lahirnya teori-teori komunikasi di waktu-waktu
berikutnya.
Saat ini perspektif teoretis
mengenai sosiologi komunikasi bertumpu pada fokus kajian sosiologi
mengenai interaksi sosial dan semua aspek yang bersentuhan dengan fokus
kajian tersebut. Narwoko dan Suyanto mengatakan bahwa, kajian tentang
interaksi sosial disyaratkan adanya fungsi-fungsi komunikasi yang lebih
dalam, seperti adanya kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial
terjadi tidaklah semata-mata tergantung tindakan tetapi juga tergantung
pada adanya tanggapan terhadap tindakan tersebut, sedangkan aspek
penting dari komunikasi adalah bila seseorang memberikan tafsiran pada
sesuatu atau pada perikelakuan orang lain. Dalam komunikasi juga
persoalan makna menjadi sangat penting ditafsirkan oleh seseorang yang
mendapat informasi (pemberitaan) karena makna yang dikirim oleh
komunikator (receiver) dan penerima informasi (audience) menjadi sangat subjektif dan ditentukan oleh konteks sosial ketika informasi itu disebar dan diterima.
0 komentar:
Posting Komentar