film Silat Fenomenal di TV Indonesia Tahun 90-an dan Pengarangnya
Bagi
penggemar cerita-cerita silat mandarin, nama Chin Yung dan Khulung
(Gulong) tentu sudah tidak asing lagi. Tanpa mengesampingkan
pengarang-pengarang lain seperti Wen Rui An, Liang Ie Shen (Liang
Yusheng), Wang Dulu, Huang Ying, Wolong Seng atau Kho Ping Ho dll.
Harus diakui bahwa Chin yung dan Khulung adalah dua master pengarang
cerita dunia persilatan yang menjadi kiblat gaya penulisan bagi penulis
cerita silat lainnya.
Chinyung
lahir di Zhejian China tahun 1924 dengan nama asli Cha Liang Yong dan
punya nama internasional Louis Cha. Karya pertama Chinyung adalah Pedang
dan Kitab Suci yang ditulis pada tahun 1955. Mungkin beberapa dari kita
sudah tidak asing lagi dengan kisah ini, karena kisah ini serialnya
sempat ditayangkan di TPI dan menjadi booming (versi lain juga pernah
ditayangkan di ANTV). Kisah ini menceritakan tentang perjuangan bangsa
Han (Dinasti Ming) dalam melawan penjajahan bangsa Manchu (Dinasti
Ching) dan juga perjuangan suku Hui merebut kitab suci mereka yang di
sita Kaisar Ching.
Tentu saja kisah percintaan selalu menjadi bumbu wajib dalam setiap cerita silat. Dan dalam kisah ini terjadi cinta segi empat antara dua putri kepala suku Hui yang berbeda karakter dengan ketua Kelompok Bunga Merah (yang dianggap pemberontak) dan Kaisar Ching yang ternyata masih bersaudara kandung.
Film Silat |
Saat pertama kali diputar di Indosiar sekitar tahun 1995, serial Kembalinya Pendekar Rajawali begitu booming dan melejitkan nama Andi Lau yang memerankan Yoko. Begitupun Serial Golok Pembunuh Naga yang melambungkan nama Tony Leung yang berperan sebagai Thio Buki.
Selain Pedang dan Kitab Suci dan Trilogi Pemanah Rajawali. Karya Chinyung lainnya yang dijadikan film
serial dan sempat diputar di Tanah Air adalah Pendekar Hina Kelana yang
tokoh utamanya Lenghou Chong sempat diperankan oleh Chow Yun Fat
(Indosiar) dan dalam versi lainnya diperankan oleh Richie Ren (Trans
TV). Ada juga Rase Terbang Dari Pegunungan Salju (TPI), Medali Wasiat
(JTV) dan juga Pendekar Negeri Tayli yang tokoh utamanya Toan Ki
diperankan oleh Jimy Lin dan pemeran utama wanita diperankan oleh Liu
Yin Fei (Indosiar), versi yang lebih lama juga sempat diputar di
Indosiar. Ada juga karyanya yang berjudul Pedang Hati Suci, karya ini
bisa dibilang bagus meski agak pendek untuk ukuran Chinyung.
Pada
tahun 1972, setelah menyelesaikan novelnya yang berjudul Kaki Tiga
Menjangan, Chinyung berikrar untuk tidak lagi menulis novel. Sebagai
karya novel terakhir Chinyung, Kaki Tiga Menjangan mempunyai keunikan
tersendiri karena mengisahkan tentang seorang yang tidak mahir kungfu
tetapi berbekal kecerdikannya dia selalu bisa selamat dari marabahaya,
sampai kemudian mempunyai banyak istri dan menduduki posisi kedua
setelah Kaisar di kerajaan Ching. Cerita ini juga sempat di buat film
serial dan diputar di Indosiar dengan judul Pangeran Menjangan, yang
mempertemukan Andi Lau yang berperan sebagai Kaisar dengan Tony Leung
yang berperan sebagai Siau Po (ada juga versi lainnya yang sempat
diputar di TPI).
Master
pengarang silat lainnya adalah “Si Sukma Bebas” Khulung. Terlahir
dengan nama asli Xiong Yaohu di Hongkong 1937 kemudian pindah dan
menetap di Taiwan saat usianya 13 tahun. Khulung adalah orang yang
berhasil menciptakan suatu gaya penulisan serita silat yang orisinil dan
berbeda dengan gaya penulis-penulis cerita silat sebelumnya.
Pada
periode awal karir kepenulisannya tentang cerita silat, karya-karya
Khulung tidak jauh berbeda dengan karya-karya penulis lain. Namun
semenjak sukses pada tahun 1967 dengan karyanya yang berjudul Pendekar
Binal (Remarkable Twins) dengan tokoh utamanya Siau Hi Ji dan Hoa Bu
Koat, karya-karya Khulung mulai diperhitungkan di jagat penulisan cerita
silat. Kisah ini juga pernah ditayangkan di Indosiar.
Kisah
Pendekar Binal ini sendiri menceritakan mengenai dua orang saudara
kembar yang terpisah sejak bayi. Mereka masing-masing dibawah oleh dua
orang tokoh paling sakti di dunia persilatan pada saat itu, kemudian
mempunyai dua kepribadian yang berbeda dan akhirnya harus saling bunuh
dalam sebuah pertarungan yang telah direncanakan semenjak mereka masih
bayi.
Setelah
itu karya Khulung yang berjudul Maling Romantis (Pendekar Harum) yang
ditulis pada tahun 1968 dengan tokoh utamanya Chu Liu Xiang telah
dianggap sebagai suatu gaya baru dalam penulisan cerita silat dimana
aspek pertarungan psikologis dan intrik-intrik misteri lebih ditekankan
daripada pertarungan berdarah-darah dengan menggunakan jurus-jurus ilmu
silat yang maha sakti. Kisah Pendekar Harum sendiri dianggap sebagai
kisah Sherlock Holmes ala dunia persilatan. Beberapa versi serial ini
sempat diputar di Indosiar, RCTI dan Trans TV.
Puncak
kematangan dari karya Khulung, bagi saya sendiri adalah pada tahun 1970
saat dia menulis tentang kisah Pisau Terbang Li (Pendekar Budiman)
dengan tokoh utamanya Li Sun Huan. Kisah ini pernah ditayangkan di TV
7. Cerita ini mengisahkan tentang seorang pendekar yang hanya dengan
mengandalkan sebilah pisau namun mampu mengalahkan lawan-lawannya. Ide
cerita ini mungkin agak aneh, namun di tangan Khulung kisah itu terasa
begitu masuk akal. Dalam cerita ini Khulung berhasil membawa pembaca
kedalam emosi perasaan para tokohnya dan juga alur pertarungan yang
bahkan mampu menggambarkan perasaan psikologis si pendekar saat
bertarung.
Kelebihan Khulung dalam menggambarkan aspek psikologis para tokohnya itulah yang mungkin membuat para sineas film silat jadi kesulitan, sehingga apabila karyannya dijadikan film maka jadinya akan aneh dan jauh dari cerita aslinya.
Dari
sekian banyak karya Khulung, selain Pendekar Binal, Pendekar Harum, dan
Pisau Terbang Li, karya Khulung lainnya yang menarik diantaranya adalah
Sukma Pedang (Misteri Kapal Layar Panca warna), Pendekar Empat Alis,
Antara Budi dan Cinta (Shooting Star, Butterfly, Sword / Killers Clan)
dan Pedang Tuan Muda Ke Tiga (Pendekar Gelandangan).
Akan
tetapi setelah tahun 1975 karya-karya Khulung mendapat respon kurang
bagus dari para penggemar cerita silat. Gaya hidupnya yang suka
mabuk-mabukan dan berfoya-foya, kegagalan dalam berumah tangga serta
seringkalinya melakukan eksperimen yang tidak tuntas (sehingga banyak
karyanya yang tidak selesai harus dilanjutkan oleh penulis lain) membuat
karirnya semakin meredup. Saat gayanya memudar kejayaan novel-novel
cerita silat pun ikut surut bersamanya. Sampai kemudian dia meninggal
pada 21 September 1985 pada usia 48 tahun, tidak ada lagi penulis handal
cerita persilatan yang bisa disejajarkan dengan Khulung dan Chinyung.
0 komentar:
Posting Komentar