hedisasrawan.blogspot.com/2012/12/sosiologi-komunikasi-artikel-lengkap.html
Sosiologi Komunikasi (Artikel Lengkap)
Sosiologi komunikasi adalah
suatu ilmu yang mempelajari tentang ilmu komunikasi dari sudut
sosiologis. Dalam sosiologi komunikasi ini membahas tentang tinjauan sosiologis terhadap komunikasi baik sebagai aktivitas sosial, interaksi sosial antara
individu dengan individu, individu dengan kelompok dan kelompok- dengan
kelompok maupun efek sosial dari komunikasi dalam masyarakat tersebut.
1. Pengertian Sosiologi Komunikasi
dahulu mengenai konsep-konsep
penting yang berhubungan dengan sosiologi komunikasi adalah konsep
sosiologi, masyarakat dan komunikasi. Sosiologi. Konsep-konsep tersebut
merupakan konsep penting yang kemudian melahirkan studi-studi integratif
serta terkait satu sama lain sehingga melahirkan studi-studi interelasi
yang penting untuk dibicarakan disini sekaligus sebagai ruang lingkup
dalam studi-studi sosiologi komunikasi.
1.1. Sosiologi
Asal kata Sosiologi adalah
berasal dari kata sofie, yaitu bercocok tanam atau bertanam, kemudian
berkembang menjadi Socius (bhs. Latin) yang berarti teman, kawan.
Bearkembang lagi menjadi kata sosial yang berartiberteman, bersama,
berserikat. Kata sosial secara khusus adalah hal-hal mengenai berbagai
kejadian dalam masyarakat yaitu persekutuan manusia, dan selanjutnya
dengan pengertian itu bermaksud untuk mengerti kejadian-kejadian dalam
masyarakat yaitu persekutuan manusia, dan selanjutnya dengan pengertian
itu untuk dapat berusaha mendatangkan perbaikan dalam kehidupan bersama.
Dengan kata lain menurut
Hassan Shadily, Sosiologi adalah ilmu masyarakat atau ilmu
kemasyarakatan yang mempelajari manusia sebagai anggota golongan atau
masyarakatnya masyarakatnya ), dengan ikatan-ikatan adat, kebiasaan,
kepercayaan atau agamanya, tingkah laku serta keseniannya atau yang
disebut kebudayaan yang meliputi segala segi kehidupannya.
Pitirim Sorokin mengemukakan: sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari:
- hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial (misalnya antara gejala ekonomi dengan agama; keluarga dengan moral; hukum dengan ekonomi; gerak masyarakat dengan politik dan lain sebaginya);
- hubungan dengan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala non sosial (misalnya gejala geografis, biologis dan sebagainya );
- ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial.
Roucek dan Warren mengemukakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok.
William F. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff berpendapat bahwa sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya yaitu organisasi sosial.
Prof. DR. Selo Soemardjan dalam bukunya Setangkai Bunga Sosiologi mendefinisikan proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial.
Sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang masyarakat, hubungan antara masyarakat dan akibat
dari hubungan tersebut. Karena sosiologi objeknya adalah masyarakat maka
cakupan dari objek sosiologi itu adalah individu, kelompok, dan
masyarakat. Proses hubungan inilah yang biasa disebut dengan istilah
interaksi sosial.
Dengan melihat pengertian sosiologi dan objek sosiologi tersebut maka dapat disimpulkan sosiologi mempunyai fungsi:
- Berusaha untuk mendapatkan pengetahuan yang sedalam-dalamnya tentang masyarakat.
- Mendapatkan fakta-fakta masyarakat yang mungkin dapat dipergunakan untuk memecahkan persoalan-persoalan masyarakat.
- Sosiologi mempelajari gejala umum yang ada pada interaksi manusia.
1.2. Masyarakat
Menurut Ralph Linton,
masyarakat adalah sekelompok manusia yang telah hidup dan bekerja
bersama cukup lama, sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan
menganggap diri mereka sebagai dengan batas-batas yang dirumuskan dengan
jelas.
Selo Soemardjan menyatakan masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan.
Pengertian manusia yang hidup
bersama dalam ilmu sosial tidak mutlak jumlahnya, bisa saja dua orang
atau lebih, tetapi minimal adalah dua orang. Manusia tersebut hidup
bersama dalam waktu cukup lama, dan akhirnya melahirkan manusia-manusia
baru yang saling berhubungan satu dengan lainnya. Hubungan antara
manusia itu, kemudian melahirkan keinginan, kepentingan, perasaan,
kesan, penilaian dan sebagainya. Keseluruhan itu kemudian mewujudkan
adanya system komunikasi dan suatu kesatuan sosial peraturan-peraturan
yang mengatur hubungan antara manusia dalam masyarakat tersebut. Dalam
system hidup tersebut, maka muncullah budaya yang mengikat antara satu
manusia dengan lainnya.
1.3. Komunikasi
Berikut adalah pengertian
komunikasi menurut beberapa ahli. Beberapa teori yang dikemukakan dalam
buku Teori Komunikasi antara lain dari:
- Anderson: Komunikasi adalah suatu proses dengan mana kita bisa memahami dan dipahami oleh orang lain. Komunikasi merupakan proses yang dinamis dan secara konstan berubah sesuai dengan situasi yang berlaku.
- Margarete Mead: Interaksi, juga dalam tingkatan biologis, adalah salah satu perwujudan komunikasi, karena tanpa komunikasi tindakan-tindakan kebersamaan tidak akan terjadi.
- Barnlund: Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat ego.
- Berelson dan Steiner: Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain, melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka dan lain-lain.
- Onong Uchyana : Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran, atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul kepastian, keraguan. Kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati.
2. Sejarah Sosiologi Komunikasi
2.1. FIlsafat Sosial
Pada mulanya kajian tentang
komunikasi, apalagi ilmu komunikasi adalah sesuatu yg tidak pernah ada
dalam khazanah ilmu pengetahuan. Ketika pada mulanya semua masalah
manusia masih dalam kajian filsafat, maka komunikasi selain tidak
terpikirkan atau belum dipikirkan oleh manusia (laten fenomena).
Pada saat teori sosilogi
sedang dibangun, minta terhadap ilmu pengetahuan meningkat pesat, hal
itu terjadi tidak saja diperguruan tinggi, namun juga di masyrakat
umumnya. Hasil sains termasuk teknologi mendapat apresiasi yang luar
biasa di masyarakat. Walaupun dikatakan apresiasi itu berkaitan dengan
sukses besar sains fisika, bilogi dan kimia (ritzer, 2004). Perdebatan
antara perkembangan sosiologi dan sains pada saat itu menjadi hal yang
penting disinggung dalam bagian awal ini untuk mendudukkna persoalan
bahwa pada awal perkembangan teori sosiologi, sosiologi dibesarkan oleh
minat masyarakat terhadap sains yang menginginkan sosiologi meniru
kesuksesan sains atau karena kesuksesan sains pada saat itu yang
mengalihkan perhatian masyarakat terhadap sosiologi. Rupanya, pada
akhirnya masyarakat kemudian percaya bahwa perkembangan sosiologi
disebabkan karena adanya keunggulan pemikiran yang lebih menyukai
sosiologi sebagai sains.
Banyak pengamat yang
berpendapat bahwa perkembangan teori sosiologi dipengaruhi oleh
pemikiran-pemikiran abad pencerahan yang berkembang pada peeriode
perkembangan intelektual dan pembahasan pemikiran filsafat yang luar
biasa. Pemikiran manusia yang pada awalnya menaruh harapan yang besar
terhadap mitos (sebelum yunani kuno atau sebelum 600 SM), logos (yunani
kuno atau 600 SM), dogma ( dan kemudian beralih pada logos (pikiran
manusia lagi)
2.2 Sosiologi Modern
Persoalan manusia pada
akhirnya diatasi filsafat melalui pendekatan filsafat, melalui
pendekatan filsafat sosial yang kemudian mampu menjawab
persoalan-persoalan: liberalisme, sosialisme, komunalisme dan
welfareliberalism, namun untuk menjawab persoalan-persoalan
kemasyarakatan lainnya yang lebih konkret, filsafat sosial mengalami
hambatan metodelogis. Karena itu banyak persoalan masyarakat lainnya
yang lebih kongkret, filsafat sosial mengalami hambatan metodelogis.
Karena itu banyak persoalan masyarakat tidak bisa lagi diatasi filsafat
sosial yang sifat pendekatannya abstrak dan tidak konkret. Masyarakat
membutuhkan jalan keluar dari permasalahan kehidupan mereka yang serba
spesifik dan konkret. Dengan demikian, manusia membutuhkan ilmu
pengetahuan yang menjebatani filsafat dan manusia. Karena itulah lahir
sosiologi sebagai jalan keluar untuk membantu manusia memecahkan
persoalan masyarakat.
Orang pertama yang
menggunakan istilah sosiologi adalah auguste comte (1798-1852). Erikson
(ritzer,2004: 16) mengatakan bahwa, menurut Erikson bukanlah penemu
sosiologi modern, karena selain teori sosiologi konservatif banyak
dipelajari oleh gurunya Cloude Henri Saint-Simon(1760-1852), adam smith
atau para moralis skotlandia adalah sumber sebenarnya dari sosiologi
modern,
Pikiran-pikiran comte juga
dipengaruhi oleh pencerahan dan revolusi, ia juga sangat terpengaruh
oleh sains sehingga pandangan ilmiahnya memperkenalkan “positivisme”
atau “filsafat positif”. Lebih kongkret lai comte mengembangkan fisika
sosial yang pada tahun 1839 disebut dengan sosiologi (pickering, 2000
dalam Rizter, 2004: 16). Penggunaan istilah filsafat sosial, pada
mulanya comte bermaksud agar sosiologi meniru model hard science. Ilmu
baru ini memepelajari social statics ( statistika sosial atau struktur
sosial) dan social dynamic (dinamika sosial atau perubahan sosial).
Pikiran-pikiran comte pada
waktu itu didasarkan pada pendekatan teori revolusinya dan hukum tiga
tingkatan( Rizter, 2004:17) comte mengatakan ada tiga tingkatan
intelektual yang harus dilalui kelompok masyarakat, ilmu pengetahuan,
individu, atau bahkan pemikiran masyarakat dan dunia sepanjang.
sejarahnya pertama, tahap teologis Yang menjadikan karakteristik
dunia sebelum era 1300. Dalam tahapan ini sistem gagasan utama
menekankan pada keyakinan bahwa kekuatan adikodrati, tokoh agama dan
keteladanan kemanusiaan menjadi dasar segala hal. Dengan demikian, dunia
sosial dan alam fisika adalah ciptaan tuhan. Kedua, tahap metafisika yang
terjadi antara 1300-1800. Era ini ditandai dengan keyakinan bahwa
kekuatan abstraklah yang menerangkan segala sesuatu, bukanlah para dewa.
Dengan demikian pandangan terhadap ciptaan tuhan mengalami degradasi
kekuasaan dihadapan manusia. Ketiga tahun 1800 dunia memasuki tahap positivistik yang
ditandai oleh keyakinan terhadap sains. Manusia mulai cenderung
menghentikan penelitian terhadap kecenderungan penyebab absolut (tuhan
atau alam) dan memusatkan perhatian pada pengamatan terhadap alam fisik
dan dunia sosial guna mengetahui hukum-hukum yang mengaturnya.
Orang lain yang berjasa pada
awal perkembangan sosiologi adalah Emile Durkheim (1858-1917).
Karya-karya Durkheim masih diwariskan oleh pandangan pencerahan pada
sains dan reformasi sosial. Pandangannya tentang faktor-faktor sosial
menjadi dasar bagi sosiologi untuk mengkaji pandangan tentang apa
sebenarnya fakta sosial itu. Dalam bukunya yang berjudul The Rule of
Sosiological Method (1895/1982) Durkheim menekankan bahwa tugas
sosiologi adalah mempelajari fenomena penting dalam kehidupan manusia
dalam dunianya yaitu fakta-fakta sosial. Ia memendang bahwa fakta sosial
adalah sebagai kekuatan (force) dan struktur yang bersifat eksternal
yang memaksa individu . memlalui karyanya yang lain, yaitu Suicide (1897/1951) Durkheim mencoba menguji pandangan sosiologisnya tentang hubungan sosial dan fakta sosialnya (Rizter, 2004:21).
Melalui The Rule of sociological Method Durkhaim
membedakan dua tipe fakta sosial, yaitu fakta sosial materiil dan fakta
sosial nonmateriil (kultur, institusi sosial) ketimbang membahas fakta
sosial materiil (birokrasi, hukum). Walaupun dia membahasnya secara
bersama-sama namun Durkheim lebih banyak menyoroti fakta sosial non
materiil ketimbang fakta sosial materiil.
Dalam hal agama Durkheim berpandangan bahwa agama adalah salah satu fakta sosial non materiil. Melalui karyanya yang terakhir, The Elementary Forms of Religious Life (1912/1965),
ia membahas masyarakat primitif untuk menemukan akar agama. Ia yakin
akan menemukan akar agama dengan jalan membandingkan masyarakat primitif
yang sederhana ketimbang mencarinya di dalam masyarakat modern yang
kompleks. Temuannya, bahwa sumber agama adalah masyarakat itu sendiri.
2.3. Lahirnya Sosiologi Komunikasi
Asal mula kajian komunikasi
dalam sosiologi bermula dari akar tradisi pemikiran Karl Marx, dimana
Marx sendiri adalah masuk sebagai pendiri sosiologi yang beraliran
jerman sementara Claude Henry Saint-Simon, Auguste Comte, dan Emile
Durkheim merupakan nama-nama para ahli sosiologi yang beraliran
Perancis.
Sejarah sosiologi komunikasi
menempuh dua jalur. Kajian dan sumbangan pemikiran Auguste Comte,
Talcott Parson dan Robert K. Merton merupakan sumbangan paradigma
fungsional bagi lahirnya teori-teori komunikasi yang beraliran
struktural fungsional. Sedangkan sumbangan-sumbangan pemikiran Karl Marx
dan Habermas menyumbangkan paradigma konflik bagi lahirnya teori-teori
kritis dalam kajian komunikasi.
Sosiologi sejak semula telah
menaruh perhatian pada masalah-masalah yang ada hubungan dengan
interaksi sosial antara seseorang dan orang lainnya. Apa yang disebut
oleh Comte dengan ”Social Dynamic”, kesadaran Kolektif” oleh durkheim
dan interaksi Sosial Oleh Marx serta ”tindakan komunikatif” dan ”teori
komunikasi” oleh Habernas adalah awal mula lahirnya perspektif sosiologi
komunikasi. Bahkan melihat kenyataan semacam itu, maka sebenarnya
gagasan-gagasan perspektif sosiologi komunikasi telah ada bersamaan
dengan lahirnya sosiologi itu sendiri baik dalam perspektif struktural
fungsional maupun dalam perspektif konflik.
Di bawah ini kita bisa lihat
aliran pemikiran dalam paradigma sosiologi komuniksi komunikasi, dimana
sosiologi sendiri sebenarnya telah mengkaji maslah komunikasi secara
tidak langsung dalam teori-teorinya.
Selain apa yang disumbangkan
Karl Marx dan Habermas mengenai teori kritis dalam komunikasi, sumbangan
dari perspektif struktural fungsional dalam sosiologi yang diajarkan
oleh Talcott Parson dalam teori sistem tindakan maupun dalam skema Agil,
serta kajian Robert K. Merton tentang struktur fungsional, struktur
sosial dan anomi, merupakan sumbangan-sumbangan yang amat penting
terhadap lahirnya teor-teori komunikasi di waktu-waktu berikutnya.
3. Jenis-Jenis Sosiologi Komunikasi
Komunikasi di dalam masyarakat dibagi atas 5 jenis:
- Komunikasi individu dengan individu (komuniksi antar pribadi)
- Komunikasi kelompok
- Komunikasi organisasi
- Komunikasi sosial
- komunikasi massa
Komunikasi antar pribadi
adalah komunikasi antar perorangan dan bersifat pribadi baik yang
terjadi secara langsung (tanpa medium) ataupun tidak langsung (melalui
medium). Contohnya kegiatan percakapan surat menuyurat pribadi. Fokus
pengamatannya adalah bentuk-bentuk dan sifat-sifat hubungan, percakapan,
interaksi dan karakteristik komunikator.
Komunikasi kelompok,
menfokuskan pembahasannya kepada interaksi diantara orang-orang dalam
kelompok-kelompok kecil. Komunikasi kelompok juga melibatkan komunikasi
antarpribadi. Bahasan teoritis meliputi dinamika kelompok, efisiensi dan
efektifitas penyampaian informasi dalam kelompok, pola dan bentuk
interaksi, serta pembuatan keputusan.
Komunikasi organisasi
menunjuk pada pola dan bentuk komunikasi yang terjadi dalam konteks dan
jaringan organisasi. Komunikasi organisasai melibatkan bentuk-bentuk
komunikasi antar pribadi dan komunikasi kelompok. Pembahasannya meliputi
struktur dan dan fungsi organisasi, hubungan antar manusia manusia,
komunikasi dan proses pengorganisasisan, serta kebudayaan organisasi.
Komunikasi sosial menurut
Astrid adalah salah satu bentuk komunikasi yang lebih intensif, dimana
komuniksi terjadi secara langsung antar komunikator dan komunikan,
sehingga situasi komunikasi berlangsung dua arah dan lebih diarahkan
kepada pencapaian suatu situasi integrasi sosial, melalui kegiatan ini
terjadilah aktualisasi dari bergbagai masalah yang dibahas. Komunikasi
sosial sekaligus suatu proses sosialisasi dan untuk pencapaian
stabilitas sosial, tertib sosial, penerusan nilai-nilai lama dan baru
yang diagungkan oleg suatu masyarakat melalui komunikasi soaisl
kesadaran masyarakat dipupuk, dibina dan diperluas. Melalui komunikasi
sosial, masalah-masalah sosial dipecahkan melalui konsesus.
Pengertian komunikasi massa
menurut MC. Quil adalah komunikasi yang berlangsung pada tingkat
masyarakat luas. Pada tingkat ini komuniksi dilakukan dengan menggunakan
media massa.
4. Konsep Sosiologi Komunikasi
Menurut Bungin (2006 :
27-31), sosiologi komunikasi terdiri dari 4 konsep yang sekaligus
menjadi ruang lingkup sosiologi komunikasi. Ke-empat konsep tersebut
yakni sosiologi, masyarakat, komunikasi, dan teknologi media/informasi.
4.1. Sosiologi
(Selengkapnya ada di bagian 1.1 di artikel ini)
Yang dimaksud dengan
sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antar manusia sebagai
makhluk sosial termasuk di dalamnya berbagai aktifitas atau gejala
sosial yang kemudian menghasilkan perubahan-perubahan sosial.
4.2. Masyarakat
(Selengkapnya ada di bagian 1.2 di artikel ini)
Masyarakat merupakan salah
satu ruang lingkup dari sosiologi komunikasi. Artinya bahwa masyarakat
merupakan salah satu yang dibahas dalam sosiologi komunikasi. Apa itu
masyarakat? Sebetulnya, masyarakat merupakan objek dari sosiologi.
Masyarakat terdiri dari kumpulan orang-orang yang hidup berdampingan
(hidup bersama) dalam suatu wilayah dan terikat oleh aturan-aturan atau
norma-norma sosial yang mereka tentukan dan taati.
4.3. Komunikasi
(Selengkapnya ada di bagian 1.3 di artikel ini)
Istilah komunikasi dalam
bahasa Inggris disebut communication, berasal dari bahasa Latin,
communicatio. Kata communicatio berasal dari kata communis yang artinya
sama. Komunikasi terdiri dari 5 unsur yakni:
- Komunikator (pemberi informasi)
- Pesan
- Media (saluran)
- Komunikan (penerima informasi/pesan)
- Efek (pengaruh).
4.4. Teknologi Komunikasi, dan Informasi
Teknologi komunikasi
merupakan ruang lingkup ketiga dari sosiologi komunikasi. Berbicara
komunikasi, apalagi komunikasi massa tidak bisa kita pisahkan dari
persoalan teknologi komunikasi dan informasi. Teknologi komunikasi
merupakan salah satu saluran/channel yang digunakan untuk berkomunikasi
dengan orang lain.
Apa itu teknologi komunikasi?
Apa itu teknologi komunikasi?
Menurut Alter (Bungin, 2006 :
30), teknologi informasi mencakup perangkat keras dan perangkat lunak
untuk melaksanakan satu atau sejumlah tugas pemrosesan data seperti
menangkap, mentransmisikan, menyimpan, mengambil, memanipulasi, atau
menampilkan data.
Martin (Bungin, 2006 : 30)
mendefinisikan teknologi informasi tidak hanya terbatas pada teknologi
komputer (perangkat keras dan perangkat lunak) yang digunakan untuk
memproses dan menyimpan informasi, melainkan juga mencakup teknologi
komunikasi untuk mengirimkan informasi.
Berdasarkan definisi tersebut
di atas maka kita dapat menyimpulkan bahwa teknologi komunikasi
berhubungan erat dengan perangkat keras dan lunak yang dapat digunakan
untuk memproses dan mengirimkan informasi.
5. Ruang Lingkup Sosiologi Komunikasi
Adapun ruang lingkup kajian
sosiologi komunikasi adalah gejala, pengaruh dan masalah sosial yang
disebabkan oleh komunikasi. Ruang lingkup kajian sosiologi, yaitu
pengaruh atau akibat-akibat sosial yang terjadi atau ditimbulkan oleh
komunikasi. Dalam hal ini yang menjadi perhatian utama adalah bagaimana
masalah sosial itu terjadi. Aspek komunikasi apa atau yang bagaimana
yang menyebabkan timbulnya masalah tersebut. Dan dalam bahasan mata
kuliah sosiologi komunikasi ini akan difokuskan pada sosiologi
komunikasi massa. Pada dasarnya antara penelitian dibidang komunikasi
dengan sosiologi komunikasi tidak mempunyai hubungan yang langsung. Akan
tetapi penelitian dibidang komunikasi mempunyai kecenderungan untuk
melakukan penelitian tentang:
- Struktur, pusat perhatian, perilaku masyarakat yang menjadi sasaran komunikator, maksudnya bagaimana sesuatu peran itu disampaikan, ataupun apakah yang akan menjadi pusat perhatian penelitian tersebut.
- Efektifitas komunikasi massa, maksudnya sejauh mana pengaruh yang dapat ditimbulkan oleh komunikasi massa.
- Efek-efek sosial dari komunikasi massa, maksudnya bagaimanakah pengaruh sosialdari komunikasi massa. Dan inilah sebenarnya yang menjadi salah satu bidang kajian sosiologi komunikasi massa.
Dengan memperhatikan lingkup
kajian sosiologi komunikasi tersebut, maka kita dapat mengetahui bahwa
komunikasi dengan media massa mempunyai sifat-sifat atau ciri-ciri
tertentu, disamping itu berbagai aspek komunikasi lainnya dapat pula
menimbulkan akibat-akibat atau pengaruh sosial lainnya, misalnya, sistem
komunikasi dapat menimbulkan pengaruh sosiologis, unsur-unsur
komunikasi dapat menimbulkan pengaruh sosiologis dsb. Gejala-gejala
sosiologis yang terbentuk Dalam berbagai kemungkinan sbb:
- Suatu sistem komunikasi massa dapat menimbulkan pengaruh terhadap masyarakatnya, maksudnya, suatu sistem akan menentukan bagaimana suatu kegiatan itu akan dilaksanakan, sehingga hal ini juga mengandung suatu pengertian bahwa sistem komunikasi massa akan mempengaruhi masyarakatnya, misalnya sistem komunikasi massa komunis mempunyai pengaruh tertentu kepada masyarakatnya.
- Sistem komunikasi massa dapat menyampingkan media komunikasi tradisional yang berlaku dalam kehidupan masyarakat.
- Sistem komunikasi massa merupakan sarana yang kuat dan luwes untuk menpengaruhi masyarakat sehingga suatu sistem komunikasi massa dapat menimbulkan pengaruh sosiologis yang kuat.
- Sistem komunikasi massa dapat menimbulkan sikap dan pandangan yang seragam terhadap gejala sosial tertentu, maksudnya, sistem tersebut dapat mempengaruhi penilaian masyarakat mengenai suatu masalah sosial tertentu yang ditimbulkan oleh media komunikasi massa.
Sumber: |
1. MODUL SOSIOLOGI KOMUNIKASI (pksm.mercubuana.ac.id) |
2. sejarah sosiologi komunikasi (yuniswiss99.blogspot.com) |
3. Hakekat dan Ruang Lingkup Sosiologi Komunikasi (petrusandung.wordpress.com) |
4. Pengertian Sosiologi Komunikasi (id.scribd.com) |
0 komentar:
Posting Komentar