Pengalaman Mudik Melewati Jalan Denpasar-Gilimanuk
Mudik waktu Lebaran kemarin memang mengasyikan. Terdapat banyak
pembangunan di setiap lajur sejak saya terakhir kali mudik dua tahun
yang lalu. Kampung saya berada di Jembrana dan saya tinggal di Denpasar.
Berikut adalah pengalaman saya selama pulang kampung tahun 2014.
Langsung saja kita simak selengkapnya…..
Hampir semua ruas jalan telah diaspal ulang sehingga lebih nyaman di
perjalanan. Di Sempidi, Lukluk, Kapal, Mengwi dan Tabanan jalannya sudah
diperlebar sehingga jalanan menjadi lebih lancar. Tidak ada pedagang
dadakan seperti di daerah lain sehingga perjalanan tidak terganggu.
Sistem ATCS (Automatic Traffic Control System) sangat berhasil
mengurangi antrian kendaraan di persimpangan Tabanan. Padahal dulu saya
harus menunggu selama lebih dari satu jam gara-gara lampu merah terlalu
lama sementara volume kendaraan tinggi.
Yang paling menarik menurut saya di sepanjang perjalanan adalah tiga
jembatan tinggi dan panjang yang akan mempersingkat perjalanan.
Tujuannya adalah untuk memperpendek jarak tempuh dan untuk menghindari
“jalur tengkorak” yang kerap kali terjadi kecelakaan. Satu jembatan
tersebut sudah rampung, yaitu di desa Meliling, Tabanan. Dari atas
jembatan saya dapat melihat pemandangan hutan yang sangat asri.
Di perbatasan kabupaten Tabanan dan Jembrana, saya sempat singgah di rest area.
Tempat istirahat itu sangatlah indah karena berada di tepi laut.
Makanan yang dijual disana cukup terjangkau. Saya membeli sepiring bakso
dan segelas soda. Deburan ombak di tepi pantai membuat saya terpana.
Akhirnya, setelah menempuh perjalanan 3 jam dengan menggunakan mobil,
saya dan keluarga saya tiba dengan selamat sampai di kampung. Tidak ada
kemacetan yang berarti. Hanya saja truk yang membawa banyak beban
terkadang menghambat laju kendaraan di belakangnya.
http://hedisasrawan.blogspot.com/2014/08/pengalaman-mudik-melewati-jalan.html
0 komentar:
Posting Komentar