RSS
Facebook
Twitter

Senin, 01 September 2014

enua raksasa pada Proterozoikum

Rekonstruksi benua raksasa Pannotia (warna kuning) pada masa 550 juta tahun yang lalu.
Rekonstruksi pergerakan lempeng tektonik pada 250 juta tahun terakhir (era Kenozoikum dan mesozoikum) dapat dilakukan dengan mencocokkan benua, anomali magnetik dasar laut, dan kutub paleomagnetik. Tidak ditemukan kerak samudera yang terbentuk sebelum waktu tersebut, sehingga rekonstruksi sebelum waktu tersebut sulit untuk dilakukan. Kutub paleomagnetik dilengkapi dengan bukti-bukti geologi seperti sabuk orogenik, yang menandai tepi lempeng kuno, dan distribusi flora dan fauna pada masa lalu.[99]:370
Sepanjang sejarah bumi, ada saat-saat ketika benua bertabrakan dan membentuk benua raksasa, yang kemudian pecah menjadi benua baru. Sekitar 1000–830 juta tahun, benua yang paling luas bersatu membentuk benua raksasa Rodinia.[99]:370[100] Sebelum Rodinia terbentuk, kemungkinan telah terbentuk terlebih dahulu Columbia atau Nuna pada awal sampai pertengahan Proterozoikum.[99]:374[101][102]
Setelah Rodinia pecah sekitar 800 juta tahun, benua-benua tersebut kemungkinan telah membentuk benua raksasa lain yang berumur pendek, Pannotia pada 550 juta tahun. Hipotetis benua raksasa sering kali mengacu pada Pannotia atau Vendia.[103]:321–322 Bukti yang memperkuat adalah fase tabrakan benua yang dikenal sebagai orogeni Pan-Afrika, yang bergabung dengan massa benua Afrika saat ini, Amerika Selatan, Antartika dan Australia. Keberadaan Pannotia ditentukan oleh waktu terjadinya retakan antara Gondwana (yang termasuk sebagian besar daratan di belahan bumi selatan, serta Semenanjung Arab dan anak benua India) dan Laurentia (kira-kira setara dengan Amerika Utara sekarang).[99]:374 Hal ini meyakinkan bahwa pada akhir eon Proterozoikum, sebagian besar massa benua bergabung dalam posisi di sekitar kutub selatan.[104]

0 komentar:

Posting Komentar