Peradaban manusia
Selama lebih dari 90% dari masa keberadaannya di Bumi, Homo sapiens hidup dalam kelompok kecil sebagai pemburu-pengumpul makanan nomadis.[141]:8 Ketika bahasa menjadi lebih kompleks, kemampuan mengingat dan menyebarkan informasi menghasilkan replikator baru: meme.[147] Gagasan-gagasan dapat saling ditukar secara cepat dan diturunkan dari generasi ke generasi. Evolusi kebudayaan berhasil mendahului evolusi biologis, dan catatan sejarah pun dimulai. Antara masa 8500 dan 7000 Sebelum Masehi (SM), manusia di kawasan Hilal Subur di Timur Tengah memulai budi daya tanaman dan hewan yang sistematis; suatu budaya yang kini dikenal di seluruh dunia sebagai pertanian.[148] Hal ini menyebar ke daerah-daerah sekitarnya, serta berkembang secara mandiri di sejumlah kawasan dunia, hingga akhirnya sebagian besar Homo sapiens hidup menetap di pemukiman permanen sebagai petani. Tidak semua masyarakat dunia meninggalkan tradisi nomadis, terutama manusia yang tinggal di kawasan terisolasi yang miskin tanaman pertanian, seperti Australia.[149] Bagaimanapun, pada peradaban-peradaban yang mengembangkan pertanian, stabilitas relatif dan pertambahan produktivitas karena bercocok tanam mengakibatkan populasi bertambah.Pertanian memberi pengaruh yang kuat bagi manusia. Mereka mulai memberi dampak pada lingkungannya lebih besar daripada sebelumnya. Surplus makanan mengakibatkan kemunculan golongan rohaniwan dan bangsawan, diikuti oleh bertambahnya pembagian tenaga kerja. Hal ini mengawali kelahiran peradaban pertama di Bumi, tepatnya di Sumeria (kawasan Timur Tengah), antara 4000 dan 3000 SM.[141]:15 Peradaban-peradaban lainnya muncul tak lama kemudian di Mesir, lembah Sungai Indus, dan Cina. Penemuan aksara mengakibatkan kemunculan masyarakat yang lebih kompleks. Catatan dan perpustakaan berfungsi sebagai gudang pengetahuan dan menambah transmisi informasi kultural. Umat manusia tidak lagi menghabiskan seluruh waktunya untuk bekerja, dan pendidikan mengantarkannya pada upaya pencarian pengetahuan dan kebijaksanaan.
Periode dari 900–200 SM dinyatakan sebagai Zaman Poros bagi peradaban manusia, yaitu zaman ketika fondasi spiritualitas umat manusia terjadi serentak dan mandiri di beberapa belahan dunia. Tradisi filosofis yang berkembang pada zaman tersebut meliputi: monoteisme di Persia dan Kanaan; Platonisme di Yunani; Buddhisme, Jainisme, dan Hinduisme di India; Konfusianisme dan Taoisme di Cina. Berbagai adat dan sains (dalam bentuk primitif) bermunculan, seperti sistem teokrasi dan produksi kereta perang. Di Mediterania dan Timur Tengah, peradaban-peradaban kuno berkembang dan melakukan perdagangan, serta bertempur demi wilayah dan sumber daya. Tak lama kemudian sistem imperium mulai berkembang. Sekitar 500 SM, ada sejumlah peradaban maju di Timur Tengah, Iran, India, Cina, dan Yunani, yang sedang menuju masa kejayaannya atau menuju masa keruntuhannya.[141]:3 Beberapa peradaban bertahan hingga abad modern meskipun tidak sejaya dulu, dan beberapa di antaranya memberi pengaruh atau fondasi bagi Dunia Barat, seperti Yunani dan Romawi Kuno. Seiring perkembangan peradaban, beberapa agama didirikan, seperti Kristen (abad ke-1) dan Islam (abad ke-7).
Pada abad ke-14, zaman Renaisans dimulai di Italia dengan kemajuan dalam bidang agama, seni, dan sains.[141]:317–319 Pada masa itu, Gereja Kristen sebagai entitas politik kehilangan sebagian besar kekuasaannya. Tahun 1492, Kristoforus Kolumbus mencapai benua Amerika, mengawali perubahan besar pada Dunia Baru. Peradaban Eropa mulai berubah sejak 1500-an, mengantarkannya pada Revolusi Ilmiah dan Industri. Benua tersebut mulai menebarkan dominansi politis dan budaya pada masyarakat lain di seluruh dunia pada suatu masa yang dikenal sebagai Era Kolonial.[141]:295–299 Pada abad ke-18, gerakan kultural yang dikenal sebagai Abad Pencerahan kemudian membentuk mentalitas bangsa Eropa dan berperan penting dalam sikap sekuler mereka. Dari tahun 1914 sampai 1918, dan dari 1939 sampai 1945, bangsa-bangsa di seluruh dunia berada dalam perang dunia. Liga Bangsa-Bangsa yang didirikan setelah Perang Dunia I merupakan usaha pertama dalam membangunan lembaga internasional untuk menyelesaikan permasalahan secara damai. Setelah gagal mencegah Perang Dunia II—konflik paling berdarah dalam sejarah umat manusia—lembaga tersebut digantikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. Setelah perang usai, banyak negara menyatakan kemerdekannya, baik dengan usaha sendiri maupun pemberian bangsa lain dalam suatu periode dekolonisasi. Amerika Serikat dan Uni Soviet menjadi negara adikuasa untuk sementara, dan terlibat dalam persaingan yang dikenal sebagai Perang Dingin sampai disolusi di kemudian hari. Seiring transportasi dan komunikasi yang semakin mutakhir, perkara politis dan ekonomi antarbangsa menjadi kian berseluk-beluk. Hal ini dikenal sebagai globalisasi yang dapat mendatangkan konflik atau kerja sama.
0 komentar:
Posting Komentar